Kembali ke nasib Bani Israel


Kembali ke nasib Bani Israel, pada masa dinasti XIX berkuasa, tepatnya pada masa Ramses II, Bani Israel mengalami masa-masa yang paling sulit dalam kehidupan mereka. Hal ini disebabkan pada masa sebelumnya, orang-orang Mesir mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam masa dinasti Hyksos dan juga semakin banyaknya populasi mereka hingga menjadi begitu dominan dalam masyarakat. Dan ketika Ramses II berkuasa, Bani Israel dijadikan budak yang hina dengan hak-hak kehidupan yang begitu jauh dari orang-orang Mesir pada umumnya. Di samping alasan di atas, Bani Israel dijadikan budak karena manuver-manuver mereka yang mencoba untuk mengkudeta dinasti XIX tersebut.
Dalam keadaan tertekan inilah, tampillah putra terbaik dari Bani Israel yang kemudian dijadikan oleh Allah menjadi nabi sekaligus pembebas Bani Israel dari kehinaan yaitu Nabi Musa as.

Bab III: Penindasan dan Eksodus
Penindasan Firaun atas Bani Israel begitu
hebat, hingga Allah sendiri menggunakan kalimat,
"..mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih…Pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan"(QS Ibrahim 14:6)
Penindasan tidak hanya berupa fisik dengan menjadikan mereka budak tetapi juga berlanjut terhadap generasi mereka. Firaun dalam sejarah yang masyhur ia adalah Ramses II, juga memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki Bani Israel dan para perempuannya dipermalukan. Dalam konteks modern, mempermalukan perempuan berarti dijadikan pelacur atau dijadikan obyek senonoh dalam bentuk tarian setengah telanjang atau dijadikan pelayan dengan pakaian setengah telanjang. Itu semua dilakukan oleh Firaun tanpa ampun. Setelah lama menjadi budak, kira-kira hampir 400 tahun lamanya, Bani Israel pun akhirnya mendapatkan seorang penolong yang pernah menjadi anak angkat Firaun sendiri yaitu Musa. Nama Musa sendiri adalah dari bahasa Kopti tua, gabungan di antara dua kata, Mu dan Sa. Mu artinya air dan Sa artinya pohon. Jadi Musa berarti pohon air. Demikian yang penulis nukil dari tafsir Al Azhar milik ulama panutan penulis, Buya Hamka di juz ke-9 Beliau dinamai demikian sebab di waktu bayi beliau dilemparkan oleh ibunya ke sungai Nil dengan diletakkan di dalam sebuah peti kayu, lalu dipungut oleh puteri Firaun kemudian dipelihara yang oleh Allah menjadikan Musa the enemy of Firaun’s enemy. Singkat kata, setelah adu kekuatan antara sihir dan mukjizat Allah di hadapan seluruh rakyat Mesir, Firaun semakin gusar akan kehadiran Nabi Musa as di Mesir dengan misinya : Pembebasan Bani Israel. Kegusaran Firaun bukan hanya terletak pada tiada artinya kekuasaanya di mata Nabi Musa as akan halnya ia sebagai Tuhannya bangsa Mesir, tetapi juga akan tiadanya Bani Israel di tanah Mesir. Apalah artinya seorang raja diraja tanpa budak belian yang hina? Tidak ada seorang pun yang jadi raja jika tidak ada yang menjadi budak. Prinsip sederhana ini merupakan alasan Firaun untuk tidak melepaskan Bani Israel dari tanah Mesir. Bani Israel dihina tapi juga dibutuhkan. Bani Israel ditindas tapi juga berguna atas nama pembangunan. Sebuah kisah klasik hingga di zaman modern: suatu bangsa ditindas akan hak-haknya tapi dibutuhkan dalam perekonomian atas nama Negara. Kita dapat melihatnya sekarang maka kaum buruh dengan upah yang murah tapi tidak diperhatikan akan hak-haknya. Meski demikian, para buruh tersebut sangat dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian Negara. Menjadi budak di Negara sendiri? Boleh jadi demikian. Kembali ke nasib Bani Israel. Pembangunan piramid dan bangunan besar lainnya di Mesir pastilah membutuhkan tenaga yang banyak tapi murah dari ongkos kas negara. Dan itu jelas didapatkan dari tenaga Bani Israel. Sebuah bangsa yang begitu besar populasinya semenjak dinasti Hyksos. Maka Allah mengurus Nabi Musa as untuk membebaskan Bani Israel dari perbudakan. Pembaca yang budiman, pembebasan Nabi Musa as ini meliputi dua hal. Yang pertama pembebasan secara fisik dari perbudakan. Dan yang kedua pembebasan secara spiritual dari budak hawa nafsu dengan bertauhid kepada Allah semata. Hanya Allah sajalah yang patut disembah dan dipuja. Dengan petunjuk Allah, Nabi Musa as mulai melakukan manuver politik dengan menggalang kekuatan untuk siap-siap eksodus besar-besaran dari Mesir. Tetapi langkah Nabi Musa as ini pun mulai dikeluhkan oleh Bani Israel sendiri. Ibarat kata, mereka seperti anjing yang tercepit di pintu pagar. Tidak ditolong anjing tersebut kesakitan tetapi jika ditolong pun ia akan menggigit. Nah, Bani Israel megeluh akan perjuangan Nabi Musa as ini direkam dalam Al Qur’an dalam surat ke-7 ayat 129,
”Mereka (Bani Israel) berkata, ”Telah disakiti kami sebelum engkau datang kepada kami, dan sesudah engkau mendatangi kami. ”
Dengan keteguhannya dan dengan optimisme berlandaskan iman, Nabi Musa as menyakinkan Bani Israel bahwa ia akan membimbing mereka ke tanah yang dijanjikan, Kana’an, Palestina sekarang ini. Tetapi, pembaca yang budiman, ada hal yang perlu ditekankan akan hal ini. Tanah atau bumi yang dijanjikan oleh Allah melalui Nabinya hanyalah untuk hamba-hamba Allah siapa saja yang Dia inginkan. Dengan kata lain, hanya bangsa yang beriman kepada Allahlah maka bumi atau tanah di manapun berada untuk dihuni, digarap dan dijadikan tempat untuk beribadah kepada Allah. Dengan demikian tanah Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk semua bangsa yang beriman (bertauhid) kepada Allah.
Bukan hanya untuk Bani Israel semata! Untuk mempertegas hal ini silakan buka surat ke-7 (al-'Araf) ayat ke-128 dan surat ke-21 (al-Anbiya) ayat ke-41. Kembali ke kisah Nabi Musa as, Nabi Musa as membawa misi untuk melepaskan Bani Israel dari penindasan Firaun juga membawa misi lain yaitu dakwah tauhid. Sudah bukan rahasia lagi kalau bangsa Mesir begitu percaya dengan dewa-dewa. Di samping percaya dengan dewa-dewa, mereka juga percaya dengan kekuatan sihir yang menurut mereka adalah bentuk pertolongan dari para dewa. Berkaitan dengan ini, maka Firaun meminta para ahli sihirnya untuk bertarung dengan kekuatan yang dibawa oleh Nabi Musa as. Maka terjadilah pertarungan terbuka antara Nabi Musa as dan para ahli sihir tersebut.

Singkat kata, para ahli sihir tersebut kalah. Maka kalahlah pula Firaun atas kekuatannya yang diwakilkan kepada para ahli sihirnya. Perlu pembaca ketahui bahwa ahli sihir di zaman Firaun memiliki kedudukan lebih dekat daripada para jenderal perang atau pejabat besar lainnya. Ini diperkuat oleh Al Qur’an dalam surat ke-7 (al-'Araf) ayat ke-110 ketika Firaun meminta perintah kepada ahli sihir atas kekuatan yang dibawa Nabi Musa as berupa tongkat yang menjadi ular.

Luar biasa! Firaun meminta perintah dari ahli sihir, bukan dirinya yang memberi perintah. Dapat Anda bayangkan betapa powerful-nya para ahli sihir tersebut di mata Firaun! Tapi apa yang terjadi ketika mereka kalah dihadapan Nabi Musa as? Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah yang terjadi pada Firaun. Ahli sihir yang sudah kalah tadi juga membelot secara ideologi. Tepat dihadapan Firaun!

Dewa ini menjadi simbol organisasi rahasia Yahudi Firaun yang kekuatannya diwakilkan pada ahli sihir tercoreng dua kali secara beruntun. Kemarahan yang begitu besar pun terlontarkan. Dan ekses ini pun berlanjut ke Bani Israel. Bani Israel pun melontarkan marahnya kepada Nabi Musa as akan semuanya ini. Melihat hal ini, maka Allah memberi perintah kepada Nabi Musa as. Dan perintah dari Allah untuk ini hanya satu : Segera keluar dari tanah Mesir!

Bani Israel dengan di bawah komando Nabi Musa as mulai keluar dari tanah Mesir. ilustrasi Bani Israel sedang eksodus Sebuah eksodus Bani Israel yang sangat bersejarah dan sekaligus berbahaya ! Bersejarah, karena inilah langkah awal mereka mulai mengawali sebuah kehidupan baru hingga masa kini. Bersejarah, karena inilah awal mereka menjadi sebuah bangsa yang benar-benar memiliki sebuah tanah sendiri, bukan tanah bangsa lain. Dan tanah tersebut adalah Kana’an, Palestina. Bersejarah, karena inilah awal mereka menjadi sebuah bangsa yang mulai terkuak kedoknya yang pembangkang, penakut, sombong, tamak terhadap dunia, pembunuh, tukang adu domba dan sebagainya yang dapat kita rasakan hingga masa sekarang ini.

Bersejarah karena inilah awal mereka akan terpecah menjadi dua kekuatan besar di masa sekarang ini selain agama Islam, Yahudi dan Nashrani. Bersejarah karena mereka menjadi bangsa yang merdeka. Bukan lagi menjadi budak hina. Berbahaya, karena mereka pasti diburu oleh tentara Firaun untuk dibunuh karena keluar dari Mesir. Berbahaya, karena mereka baru kali ini menggembara di belantara padang pasir tanpa pengalaman sama sekali hidup dalam dunia padang pasir. Berbahaya, karena mereka akan menghadapi semuanya, tanah yang dijanjikan, hidup bebas, ideologi tauhid dengan taruhan nyawa.
Tetapi Bani Israel tidak punya pilihan lain. Eksodus atau tidak sama sekali! Ingin membuat sejarah baru atau terkubur oleh sejarah itu sendiri di tanah Mesir. Nabi Musa as pun mulai mengantarkan mereka menuju tanah baru. Dan itu harus dimulai dengan menyeberangi Laut Merah. Ketika sampai di hadapan Laut Merah ini pun ada di antara mereka mulai menggerutu. Di depan laut terbentang luas sementara mereka tidak punya kapal atau perahu untuk menyeberang. Di belakang tentara Firaun siap menggorok leher mereka.
Kembali mereka menyalahkan Nabi Musa as atas tersudutnya keadaan mereka. Dan kembali, sejarah besar terjadi. Dan ini pun hanya sekali dalam hidup. Bila eksodus besar-besaran ini hanya terjadi dalam sekali di sejarah manusia, maka laut yang terbelah juga terjadi hanya sekali dalam sejarah. Memang kehidupan Bani Isarel penuh dengan sejarah besar.  Eksodus, laut terbelah adalah bagian dari sejarah besar mereka. Dengan terbelahnya laut Merah atas pertolongan Allah dengan melalui ketukan tongkat musa, maka selamatlah Bani Israel dari kejaran Firaun.

Nasib Firaun sendiri? Mati secara menggenaskan di lautan yang ia akui di bawah kekuasaannya bersama seluruh tentaranya ketika mencoba melewati jalan yang sama ditempuh oleh Bani Israel. Dan mayatnya ini tetap diselamatkan oleh Allah sebagai bukti kekuasaan Allah atas manusia paling sombong yang pernah lahir di dunia.

Menurut sejarah, hanya mayat Firaun Ramses II ini sajalah yang di paru-parunya terdapat bekas rendaman air laut. Adapun mumi yang lain tidak ditemui hal ini. Ini yang membuat para ahli sejarah Mesir Kuno menyakini jika Ramses II adalah Firaun yang mengejar Nabi Musa as. Terlepas dari itu semua, sejarah kehidupan Bani Israel memasuki babak baru. Dan artikel ini akan menguak bagaimana watak asli mereka hingga mampu merubah wajah dunia ini menjadi baik dan buruk.  Itu semua berawal dari eksodus mereka.  Dan sejarah besar ini telah berawal di Mesir !

0 Response to "Kembali ke nasib Bani Israel"

Post a Comment